Desa Bagok, [10/10/25] — Masyarakat adat Dayak Maanyan di Desa Bagok masih memegang teguh warisan budaya leluhur yang sarat nilai-nilai luhur, salah satunya adalah ritual “Itarukasai”. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus ungkapan syukur atas kehidupan dan keberkahan yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ritual Itarukasai biasanya dilakukan/dilaksanakan apabila dalam satu kelarga/rumah mengalami kecelakaan, kedukaan, atau musibah seperti Kebakaran Rumah/yang bersifat mengganggu rumah maupun penghuni rumah yang bersangkutan. Dengan diadakan nya ritual ini, diharapkan dapat membuang hal-hal negatif secara adat istiadat/mengurangi bahkan mengusir roh-roh yang mengganggu rumah maupun penghuninya. Dalam pelaksanaannya, masyarakat berkumpul di tempat yang telah disucikan, dipimpin oleh tokoh adat yang disebut Wadian. Upacara ini diawali dengan doa adat, pembacaan mantra, dan penyajian sesaji berupa hasil bumi seperti beras, ayam kampung, dan tuak tradisional.
Menurut penuturan Tokoh Adat, salah satu tokoh masyarakat Dayak Maanyan di Desa Bagok, Itarukasai bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga memiliki makna sosial yang kuat.
“Melalui Itarukasai, kami diajarkan untuk selalu hidup dalam keseimbangan — menjaga hubungan baik antara manusia, alam, dan roh leluhur. Di sini juga kami menanamkan nilai kejujuran, kebersamaan, dan rasa syukur atas hasil kerja keras,” ujarnya.
Selain nilai religius dan sosial, ritual Itarukasai juga mencerminkan semangat anti korupsi dalam konteks modern. Nilai-nilai yang diwariskan dari tradisi ini, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan gotong royong, menjadi dasar moral bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat maupun pemerintahan di desa.
Pemerintah Desa Bagok juga berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian tradisi dan budaya lokal sebagai aset sosial dan spiritual desa. Melalui kegiatan adat seperti Itarukasai, masyarakat diharapkan dapat terus menjaga warisan leluhur sekaligus memperkuat integritas dalam kehidupan sehari-hari.
Ritual Itarukasai bukan hanya warisan budaya, tetapi juga cermin kebijaksanaan lokal Dayak Maanyan yang menuntun masyarakat untuk hidup jujur, adil, dan saling menghargai — nilai-nilai yang menjadi pondasi desa yang bersih dan bermartabat.